WAJAH SMANSA DULU

SMA Negeri 1 Curup bukan hanya mata tempat menimba ilmu, namun juga merupakan tempat yang nyaman, Tempat yang nyaman berarti Indah coba kita lihat foto dokumen tahun 1997 dibawah ini..............
Indah bukan...? ini tercipta dari tangan - tangan siswa - siswa SMA Negeri 1. Emang ini hanyalah sejarah yang tak mungkin bisa di kembalikan. Sekarang bagai mana SMA Negeri satu ditangan mu........?
Apakah kalian mau keindahan Smansa hanyalah Cerita belaka.!
Apakah kalian mau sejarah rusak ditangan mu.....................!
Apaka kalian Mau sekolah kita menjadi tertawaan banyak orang.!
Kekerasan bukanlah salah satu yang membuat Smansa Jadi Tertib
Kekerasan bukanlah salah satu yang membuat Smansa Jadi Indah
Kekerasan bukanlah salah satu yang membuat Smansa Jadi Mega
Kekerasan bukanlah salah satu yang membuat Smansa Jadi Berprestasi
Kekerasan bukanlah salah satu yang membuat Smansa Jadi ..................
Sekarang Pikirkan, Renungkan, dan bayangkan......... kalau hanya itu yang bisa kita berikan.................
Ingat !!!!!!!!!!!!!!!!!
Di Negeri Luar sana Orang tidak lagi Berfikir..........
Di Negeri Luar sana Orang tidak lagi Merenung..........
Di Negeri Luar sana Orang tidak lagi Berhayal..........
Namun mereka diluar sana berhasil Karena adanya tindakan dan perlakuan...............
Motto :
"Dari Pada Membangun Istana Di alam hayal lebih baik membangun Gubuk Dialam Nyata"

Ulang Tahun SJHC

Ulang Tahun SJHC ke - 19 Tahun 2008
Sparta Jarpala Hiking Klub adalah Salah Satu Ekstra kurikuler diSMA Negeri 1 curup, Baru - baru ini SJHC Merayakan hari ulang tahun yang ke 19. Semoga dengan SJHC kedepannya menjadi ekstra yang lebih baik unggul dan memiliki anggota yang berdedikasi, bijak dan berprestasi disegala hal

Seandainya pohon bisa memberontak dan bicara tentunya ia bakal menjerit ketika ditebang, seadainya satwa liar itu bisa bicara tentunya ia bakal menyelamatkan hidupnya, namun kita sebagai manusia punya mulut, hati, telinga, otak malah diam saja melihat, mendengar jeritan-jeritan alam yang rusak ditangan kerakusan spesies manusia seperti kita ini. Apakah kita bangga dengan kekuasaan kita sendiri sementara kita telah melakukan bunuh diri secara perlahan bersama-sama oleh perbuatan kita sendiri.

Sebelum kita membahas pecinta alam dan kegiatannya mari kita pahami betul apa epistemologi dari “Pencinta Alam”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Cinta mempunyai empat makna, yakni, [1] ‘suka sekali’ ; ‘sayang benar’ ; [2] ‘kasih sekali’ ; terpikat’ ; terpikat ; [3] ‘ingin sekali’ ; berharap sekali ; ‘rindu’ ; dan [4] ‘susah hati ; risau’ (1993 -190). Yang artinya pencinta diberi makna ‘orang yang suka akan’ (h191). Selain itu kata alam yang diserap dari bahasa Arab, di Indonesia berkembang sehingga mempunyai tujuh makna. Ketujuh makna itu ialah [1] ‘segala ada yang dilangit dan dibumi’ ; [2] ‘lingkungan dan kehidupan’ ; [3] ‘segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap satu lingkungan dan dianggap sebagai satu keutuhan’ [4] ‘segala daya yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini [5] ‘yang bukan buatan manusia’ ; [6] ‘dunia’ ; dan [7] ‘kerajaan ; daerah ; negeri ‘ (h.22). Kalau kedua kata tersebut digabung maka arti dari pencinta alam adalah ‘orang yang sangat suka akan alam’.

Namun tidak disaat ini, pencinta alam yang sebenarnya hanya pantas ditunjukan pada masyarakat asli hutan, organisasi non pemerintah yang peduli terhadap lingkungan dan alam, individu yang peduli dengan lingkungan hidup lewat kemampuan yang dia bisa, seperti menanam pohon, membuang sampah tidak sembarangan, tidak memelihara satwa liar yang dilindungi UU, tidak menebang pohon ditaman nasional dan disekitar hutan lainnya, naik sepeda, menulis tentang lingkungan, membuat film tentang hutan dan kelestariannya, dan masih banyak lagi bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Makna ‘orang yang suka akan alam’ berarti manusia yang peduli dengan alam dan menjaga kelestariannya. Dengan menjaga kelesatariannya berarti ia membela nasib hutan dan satwa liar yang sedang mengalami kepunahan bukan berpetualang menantang andrenallin naik gunung, memanjat tebing, atau membuka jalur untuk latihan atau dengan bangga bisa menaklukan alam.

Sejarah memang harus dipelajari tentang pendirian pencinta alam yang motori almarhum Soe Hok Gie, Herman Lantang dan kawan-kawan. Di era 60-an memang terjadi pergolakan masa transisi kemerdekaan. Invansi politik praktis diluar kampus Universitas Indonesia lewat organisasi dan kesatuan aksi mahasiswa dari berbagai atribut dan ideologinya berusaha memasuki Universitas. Namun, Almarhum Soe dan rekan-rekannya tidak peduli dan menjadi kelompok yang tidak memihak dengan kemelut politik saat itu. Mereka lari ke gunung dan pergi ke tempat-tempat sepi terpencil. Kalau penulis menyimpulkan contemplasi ala raja-raja Jawa seperti pendeta-pendeta hinduisme. Mereka paham waktu itu posisi benar-benar terjepit. Kebersamaan dan pengalaman itulah lahir istilah pencinta alam, yaitu Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Prajnaparamita FSUI. Di Tahun 1971 nama Prajnaparamita dilepas diganti dengan Mapala UI. Alhasil bangsa yang euforia ini bermunculan organisasi pencinta alam baik dari kampus dan diluar kampus.

Kegiatan mereka hanya berlarian ke gunung, ke goa, ke tebing hanya untuk menikmati alam. Jaman abad ini sudah berubah namun masih ada saja organisasi pencinta alam baik dari kampus dan masyarakat yang bergiat untuk naik gunung, ke goa, arung jeram, ke tebing atau pendidikan seperti gaya militer, menggampar seenaknya calon peserta dengan alasan biar berdisiplin seperti militer. Padahal pendidikan ala militer dewasa ini dengan kekerasan sudah mulai dikurangi.

Pernah penulis mendengar cerita dari aktivis lingkungan dari negeri yang hutannya sudah hilang bahwa seandainya gunung itu dipenuhi sampah dan hutannya gundul, iklimnya panas, sungai dipenuhi limbah pabrik, tebing karst di bom dan batunya diambil untuk bahan lantai, meja, dan satwa liar yang eksotik punah seperti Harimau Jawa, Jalak Bali. Apakah organisasi pencinta alam baik itu dikampus maupun diluar kampus diam saja melihat itu semua.

Memang hutan Indonesia belum parah meski terlihat parah atau sungai-sungai masih belum tercemar hingga bisnis olah raga arus deras pun menjamur atau gunung masih ada tempat menarik meski jauh paling atas, goa-goa masih banyak yang bagus, tebing-tebing masih menjulang tinggi toh mereka hanya santai-santai saja atau tidak perduli sama sekali lebih mementingkan event-event kejuaraan atau pelatihan-pelatihan yang tidak ada hubungannya dengan makna dari pencinta alam. Sangat tragis benar.

Apa ada yang salah dari Almarhum Soe Hok Gie dan kawan-kawan lamanya hingga penerusnya hanya mementingkan kepuasaan sesaat atau kode etik pencinta alam Se-Indonesia yang syahkan bersama dalam gladian ke-4 yang setiap kegiatan wajib dibacakan setiap kegiatan seperti maksud dari pesannya Pencinta Alam Indonesia adalah sebagai dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kami kepada Tuhan, Bangsa dan Tanah Air. Dengan kesadarannya mereka (Pencinta Alam) menyatakan pada poin 2 yang isinya memelihara alam beserta isinya menjadi ucapan atau janji tanpa makna (Lip Service).

Namun hasilnya pun hutan tetap gundul, satwa liar makin lama makin punah, bencana lingkungan mulai bermunculan, bahkan pemanasan global yang dibicarakan setiap negara dan para aktifis lingkungan dari LSM dengan gencarnya mencari solusi. Sedangkan organisasi yang namanya Pencinta Alam belum menunjukan taringnya untuk peduli terhadap lingkungan. Bahkan hanya bisa dihitung oleh jari organisasi pencinta alam yang peduli terhadap lingkungan. Atau menurut saran respon dari pembaca tulisan Quo Vadis Pecinta Alam yang ditulis penulis mending diganti saja nama pencinta alam dengan nama jenis petualang. Biar tidak terjadi pembiasan makna dari kata Pencinta Alam.

Alhasil, makin sepinya minat pemuda sekarang untuk masuk organisasi pencinta alam. Tradisi lama masih dipakai tidak ada formulasi-formulasi baru untuk merefleksikan kegiatan-kegiatannya. Atau organisasi pencinta alam dewasa ini telah bangga dengan “establishment” (kemapanan). Kebiasaan-kebiasaan lama yang harus ditinggalkan malah terus diulang-ulang saja seperti pendidikan dengan kekerasan atau perbedaan yang antara senior dan yunior, pendendaman akibat dari pendidikan yang keras, menebang pohon untuk simulasi SAR, atau pembukaan jalur. Meski kecil namun tetap saja kita memberikan pendidikan yang tidak baik terhadap masyarakat sekitar gunung atau hutan.

Pernah penulis ditanya saat masuk organisasi mahasiswa pencinta alam waktu masih kuliah dulu oleh senior, apa tujuan anda masuk pencinta alam? Penulis menjawab ingin mengenal alam lebih dekat. Namun, ketika pendidikan tidak dikenalkan dengan alam malah disiksa di bentak meski tidak ada kekerasan fisik, membuka jalur hutan dengan parang seperti kesatria.

Ironisnya, bencana-bencana alam tidak separah di jaman itu. Namun saat ini kita mendengar dan merasakan dampak dari penyakit lingkungan seperti pemanasan global, banjir, longsor, tsunami, belum lagi penyakit-penyakit aneh lainnya. Apa kita sebagai pencinta alam terus merenung naik gunung?Apa kita sebagai pencinta alam masih saja manjat memenuhi kepuasaan jiwa? Apa kita sebagai pencinta alam terus menelusuri goa?Apa kita sebagai pencinta alam terus pergi keriam berarung jeram melintasi sungai?Apa kita sebagai pencinta alam bangga dengan ucapan sebagai penikmat alam? Waktunya kita bergabung dan belajar dari organisasi-organisasi non pemerintah, masyarakat dengan kearifan tradisional sekitar hutan yang peduli terhadap lingkungan untuk melakukan sinergi bersama mencari solusi tentang kerusakan alam. Ini tugas semua pencinta alam Indonesia di abad 21 ini. Waktunya meninggalkan dunia petualang. Take Action Now!

Penggeladian SJHC ' 2008

Sparta Jarpala Hiking Club (SJHC) Tahun ini menerima anggota baru yang dan telah melaksanakan penggeladian anggota baru Tanggal 23 November 2008 Dilaksanakan di Kawasan Sawah Terbis dan sungai Musi. Jumalah Peserta yang mengikuti penggeladian tahun ini sebanyak 15 orang terdiri dari 11 orang kelas X dan 4 orang kelas XI.
Peserta dan Panitia Pelaksanaan Penggeladian SJHC '2008
(lihat Semuanya)

TEATER PETAS

Seni Teater Petas pada dasarnya merupakan hasil dari sebuah proses yang berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan pikiran dan mental spritual masyarakat di lingkungan teater itu sendiri. Proses perkembangan teater ini merupakan hasil tarik menarik sebuah alkuturasi dari berbagai komponen yang kompleks. Sebuah karya teater terbentuk karena di dalamnya memiliki dimensi dan esensi yang lebih dalam. Imajinasi dan kreativitas manusia menjadikan seni itu memiliki nilai, sehingga dapat diapresiasi / dinikmati oleh masyarakat luas.
Imajinasi dan kreativitas kitalah yang akan membuka pintu menuju kemajuan, menuju produk baru dan pelayanan baru, menuju pasar dunia yang baru, menuju cara komunikasi yang baru, menuju cara-cara baru melestarikan lingkungan dan sumber daya alam kita. Imajinasi dan kreativitas kitalah yang akan menghadirkan hal-hal yang lebih indah, lebih berirama. Ruang dalam teater adalah ruang tempat manusia membaca tanda-tanda kehidupan, baik kehidupan di masa lampau, sekarang atau yang akan datang, sebuah ruang di mana bisa berfungsi pula sebagai cerminan kehidupan. Karena selain media pengungkapan pikiran dan perasaan teater pun tak ubahnya kehidupan itu sendiri atau bisa disebut pula miniatur kehidupan yang mewujud dalam cipta dan karsa manusia di atas pentas, yang syarat akan simbol dan makna. Pewujudan kehidupan dalam teater tentu tidaklah sekedar ingin mewujud dan setelah itu selesai. Namun perwujadannya mesti melahirkan harapan-harapan yang bisa memberikan spirit pada kehidupan manusia. Setidaknya memberikan perenungan, kecerdasan dan keindahan artistik dari gagasan-gagasan yang ditawarkan. Pada setiap proses garapan teater, kami sering kali mengusung gagasan yang tidak mengacu pada gaya pemanggugan realisme Stnaslavsky, tetapi lebih berpijak pada spirit teater tradisonal ( Longser ) dan Teater epis Brecht. Spirit itu merupakan dasar pijakan, yang kemudian dikembangkan dengan gaya dan pengalaman yang dimiliki sehingga menjadi "gagasan baru" yang mewujud dalam "betuk baru", dan kami menyebutnya dengan sebutan Teater Sabrehna. Sabrehna diambil dari bahasa Sunda yang artinya seadanya, senyatanya. Sabrehna dalam teater kami adalah konsep teater yang tercipta dari hasil percampuran berbagai konsepsi teater yang sudah ada, kemudian diramu kembali dengan hasil penemuan-penemuan sendiri dari pengalaman selama berproses, hingga terlahir satu bentuk teater yang tidak dikatagorikan lagi sebagai penganut mazhab tertentu (Stanislavky-an, Brecht-an, grotovsky-an atau Artaud-an dan lainnya lagi). Sabrehna (senyatanya) apa yang dilihat, sabrehna (senyatanya) apa yang di pikirkan, sabrehna (senyatanya) apa yang dirasakan dan sabrehna (senyatanya) apa yang digerakan, dalam koridor penuh kesadaran tanpa mengesampikan etika dan kekuatan estetik sebagai pertanggungjawaban kepada publik. Perlakuan seperti itu dilakukan bukan berarti menyepelekan mazhab-mazhab teater yang sudah ada, tapi lebih pada kekhawatiran kami terjebak dalam pergulatan mazhab. Juga pertibangan akan tidak bisa sepenuhnya mengikuti metode mereka, realis tidak bisa seutuhnya realisme, Artaud tidak seutuhnya Artaud, Brecht tidak seutuhnya Brecht. Adapun spirit Brecht dijadikan acuan dasar, ini lebih karena konsep Brecht memiliki keunikan yang hampir sama dengan spirit Longser yang akrab dengan kehidupan kami. Kalaulah boleh, kami katakan keunikan Longser dengan istilah "main-main dalam bermain, tapi tidak main-main" atau "bermain-main dalam kesungguhan, bersungguh-sungguh dalam bermain". Artinya ada kesungguhan atau kesangupan bahwa sang pemain sedang bermain dan adanya kesadaran untuk berkomunikasi dengan publik. Terakhir, besar harapan konsep ini menjadi wacana lokal yang mampu menembus dunia global.

Profil Gue

Foto saya
Curup, BENGKULU, Indonesia
Saya Adalah saya dan saya takkan pernah mengubah diri saya menjadi dirimu apalagi harus menjadi seperti dirimu...... Saya Mengajar disalah satu SMA Negeri di Kabupaten Rejang Lebong, Suatu pekerjaan tidak akan sempurna tanpa rencana, namun rencana tampa pekerjaan hasinya NOL Besar

SC3

SC3
Smansa Curup Cycle Club

Tau diri dong


Ayo Buruan Gabung Disini :

Kamus

Kata kata Orang Bijak


koleksi cerpen & novel

>

Potret Kegiatan SMAN 1 Curup

Anda Pengunjung ke :

click here for free hit counter code

Pesan Singkat


Terimakasih

Effek Animasi gue

Template by - Alamkuduniaku - 2008 - layout4all